Anak Penjual Kayu dan Anak Penjual Kain, Jokowi JK Terlahir untuk Indonesia

Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi telah menetapkan pasangan Jokowi JK, menjadi pemenang Pilpres 2014 mendatang dan menjadi pemimpin Indonesia 5 tahun kedepan.
Lantas Siapa sebenarnya dua sosok fenomenal yang saat ini akan menjadi pemimpin Indonesia ?
Terlahir dari keluarga sederhana, menjadikan Jokowi dan Jusuf Kalla juga tampil sederhana. Gaya dan kehidupan kedua sosok ini tak seperti pejabat besar, tak seperti pengusaha sukses yang hidup dengan kemewahan dan glamor.
Kehidupannya yang serba sederhana, menjadikan kedua sosok ini lebih disenangi masyarakat. Apalagi mereka merupakan warga sipil biasa, bukan terlahir dari keluarga konglemerat, pejabat besar atau dari keluarga militer.
Jokowi yang merupakan mantan Wali Kota Solo dan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta selalu ingin dekat dengan masyarakat, gaya kepemimpinannya yang sederhana. Serta cara kerjanya blusukan untuk menyelesaikan masalah masyarakat, membuat dia dicintai oleh masyarakatnya.
Kepemimpinan Jokowi tidak diragukan lagi, selama memimpin Surakarta banyak prestasi yang diraih beliau, bahkan dirinya menjadi deretan 50 tokoh dunia diperingkat 34 yang merupakan wakil satu-satunya orang Indonesia. Wajar jika, masyarakat Indonesia menghendaki pemimpin seperti Jokowi.
Begitu juga dengan Jusuf Kalla (JK), mantan Wakil Presiden Republik Indonesia ini juga tampil dengan kesederhanaan. Pengusaha sukses dari Indonesia Timur ini merupakan sosok yang dermawan, religius dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi.
Gaya kepemimpinannya ingin cepat menyelesaikan masalah bangsa terutama konflik membuahkan hasil. Terbukti, beberapa masalah konflik di Indonesia sebut saja masalah GAM di Aceh, Konflik Papua dan Ambon berhasil ia selesaikan bahkan menjadi acuan bagi dunia dalam menyelesaikan konflik, sehingga JK selalu tampil dan diminta jadi nara sumber di PBB bahkan perwakilan dunia untuk menyelesaikan konflik yang ada di negara-negara belahan Dunia ini.
Wajar jika rakyat Indonesia saat ini, membutuhkan sosok pemimpin seperti Jusuf Kalla ditengah-tengah Bangsa Indonesia yang kian merosot dan membutuhkan sosok pemimpin yang cepat dan terukur dalam mengambil kebijakan.
Siapa sebenarnya dua sosok fenomenal yang saat ini menjadi pemenang untuk memimpin Indonesia?
Jokowi Terlahir dari Seorang Penjual Kayu
Joko Widodo yang lebih akrab dipanggil Jokowi lahir di Surakarta (Solo) pada tanggal 21 Juni 1961, dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo.
Jokowi bukanlah lahir dari anak seorang pejabat atau anak orang kaya, akan tetapi Jokowi terlahir dari keluarga miskin yang tak berkecukupan. Kerja orang tua Jokowi sehari-hari yakni menjual kayu, kehidupan keras sebagai keluarga tak mampu menjadikan Jokowi memahami permasalahan masyarakat kecil.
Kehidupan masa kecil hingga dewasa, mengajarkan Jokowi untuk tetap tampil sederhana. Sehingga saat terpilih menjadi Wali Kota Solo pada Tahun 2005 lalu, Jokowi tetap menjadi sosok yang sederhana. Tidak ada yang berubah dari mantan alumni Kehutanan UGM Gajah Mada ini, meski sudah menjadi orang yang sukses sebagai pengusaha mebel bahkan menjadi orang nomor satu di Surakarta.
Sifat sederhana yang dimiliki Jokowi, dekat dengan masyarakat bahkan mencari solusi setiap ada permasalahan rakyatnya menjadikan Jokowi dikagumi oleh masyarakatnya. Meski pada awalnya, pengusaha mebel ini diragukan dapat memimpin Kota Solo. Namun Jokowi, mampu dan berhasil mengembangkan Kota Solo dari sebuah kota yang tidak tertata menjadi kota yang tertata bahkan menjadi kota The Spirit of Java.
Berkat tangan dingin yang dilakukan oleh Jokowi, Kota Surakarta berhasil di sulap menjadi salah satu kota terbaik di dunia bahkan menjadi kajian di universitas luar negeri. Beberapa event dunia, selalu digelar di Kota Solo bahkan Solo menjadi salah satu jantungnya Pulau Jawa.
Tak hanya itu, kedekatan Jokowi dengan masyarakatnya ia mampu menyelesaikan sebuah permasalahan yang selalu menjadi momok dan selalu mendapat perlawanan bagi masyarakatnya disetiap daerah di Indonesia yakni masalah pemindahan PKL. Justru hal ini, tidak terjadi terhadap Jokowi dengan sistim pendekatan dengan para PKL dan berbincang hingga sampai 45 kali. Jokowi berhasil merelokasi PKL terbesar di Banjarsari dipindahkan ketempat yang lebih layak, alhasil Banjarsari dijadikan taman dan dijadikan salah satu tempat rekreasi bagi masyarakat Solo dan tentunya menjadi paru bagi Kota Solo.
Gebrakan dan kedekatannya yang dilakukan oleh Jokowi, membuat Jokowi semakin dicintai dan dikagumi masyarakatnya. Ketika Jokowi kembali melanjutkan perjuangannya dengan maju di Pilwako tahun 2010, Jokowi yang berpasangan dengan Rudy mampu meraih suara mutlak dengan perolehan suara sebesar 90,09 persen dan hanya kalah disatu TPS. Ini menunjukkan bahwa Jokowi benar-benar merakyat dan dicintai rakyatnya, terbukti dengan pilihan masyarakat yang hamper secara keseluruhan di Kota Solo memilih pemimpin seperti Jokowi.
Tak hanya sampai disitu, Jokowi terus melakukan gebrakan dalam membangun Kota Solo bahkan melakukan satu inovasi yang tidak dilakukan oleh kepala daerah lain yang ada di Indonesia. Keberhasilan Jokowi tentu menjadi santapan bagi media, sehingga pada tahun 2012 Jokowi diminta untuk datang ke Jakarta untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahyo Purnomo alias Ahok.
Semula pasangan ini, tidak menjadi perhitungan bahkan selalu kalah dalam survey yang dilakukan beberapa lembaga. Namun semua itu terbantahkan, Jokowi justru menjadi pemenang di putaran pertama bahkan diputaran kedua keinginan masyarakat tidak terbendung lagi untuk menjadikan Jokowi sebagai pemimpin minaturnya Indonesia yakni DKI Jakarta.
Memimpin Jakarta dengan waktu yang singkat, Jokowi kembali melakukan beberapa gebrakan bersama pasangannya Ahok. Blusukan, relokasi PKL Tanah Abang, pembangunan waduk, rumah susun, Kartu Jakarta Sehat dan Jakarta Pintar serta mengatasi banjir dan macet terus dicarikan solusi dan program yang dilakukan Jokowi dari rakyat dan kembali kepada rakyat.
Sehingga, dukungan untuk Jokowi maju jadi salah satu kandidat Pilpres 2014 tidak terbendungkan lagi. Dari berbagai lembaga survey yang ada, pilihan masyarakat terhadap Jokowi selalu diatas 60 persen, jutaan masyarakat Indonesia menginginkan sosok pemimpin yang terlahir dari keluarga sederhana ini untuk memimpin Indonesia.
PDI Perjuangan sebelum Pileg 2014 lalu, akhirnya mendeklarasikan Jokowi sebagai Capres dari PDI Perjuangan karena keinginan masyarakat terhadap Jokowi untuk memimpin Indonesia. Ini terbukti PDI Perjuangan berhasil menjadi pemenang Pileg 2014, tak hanya PDIP yang ingin melirik sosok Jokowi menjadi capres. Beberapa parpol lainnya juga ikut berkoalisi mengusung Jokowi, sebut saja PKB, Partai NasDem, Partai Hanura dan PKPI. Saat itu Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla yang memiliki karakter sama seperti Jokowi.
Jusuf Kalla Terlahir dari Anak Penjual Kain Keliling
Jusuf Kalla yang lebih akrab dipanggil JK lahir di Watampone Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 dari pasangan H Kalla dan Athirah.
JK juga terlahir bukan dari darah pengusaha sukses seperti sekarang, orang tua Jusuf Kalla yakni H Kalla adalah penjual kain keliling di Kabupaten Bone. Mungkin tidak banyak yang mengetahui kehidupan masa lampau orang tua Jusuf Kalla, sebagai keluarga besar yang H Kalla memiliki 17 anak membuat Kalla saat itu harus kerja keras dan banting tulang untuk menghidupi keluarganya.
Penulis merupakan salah satu keturanan bugis Bone Selatan, nenek penulis Almarhum H Daeng Passala saat di Bone Selatan merupakan juragan Sapi dan sering berjumpa dan berbicara dengan H Kalla untuk membeli kain.
Saat itu, di Pasar Lacibunge H Kalla sama seperti biasanya membawa kain dari Kota Bone untuk berjualan di pasar tersebut. dan membawa anaknya Jusuf Kalla yang masih kecil, Jusuf Kalla sudah diajarkan berusaha keras untuk menghadapi kehidupan sehingga harus berjualan kain kelililing masuk desa satu ke desa lainnya.
Pengalaman hidup yang diajarkan oleh ayahnya, menjadikan sosok Jusuf Kalla menjadi salah satu pengusaha yang sukses di Indonesia Timur. Jusuf Kalla seorang tokoh yang berpengaruh di Sulawesi Selatan meski Jusuf Kalla bukan terlahir dari bangsawan bugis yang bergelar Andi, akan tetapi Jusuf Kalla terlahir dari seorang penjual kain yang sukses menjadi pengusaha di Bone.
Jusuf Kalla juga terlahir dari keluarga yang religius, sebab orang tua Jusuf Kalla adalah tokoh NU tulen di Bone sehingga Jusuf Kalla tumbuh menjadi pemuda yang agamis dan memiliki jiwa social yang tinggi.
Setelah tamat di fakultas Ekonomi Universitas Hasanudi Makasar tahun 1967, Jusuf Kalla meritis dunia usaha yang dilakukan oleh ayahnya. Setelah menamatkan S2 nya di The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis, 1977 Jusuf Kalla kemudian terus mengembangkan usaha orang tuanya sehingga perusahaan Kalla Group berkembang pesat dan menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia Timur yang tidak hanya bergerak di bidang ekspor-impor, akan tetapi meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Semua ini berkat kepiawain dari tanggan dingin seorang darah pengusaha Bugis Jusuf Kalla.
Semasa kuliah, Jusuf Kalla memang aktif diberbagai organisasi kampus seperti HMI, dan beberapa organisasi dipegang oleh Jusuf Kalla. Sehingga selain memiliki jiwa usaha, Jusuf Kalla juga tumbuh menjadi seorang politikus dan karir politiknya berkibar pada era Reformasi. Pada masa pemerintahan Gus Dur, Beliau dipercaya memimpin Departemen Perindustrian dan Perdagangan selama enam bulan karena saat itu Jusuf Kalla dituduh KKN.
Karir politiknya kembali bangkit, pada massa kepemimpinan Megawati Soekarno Putri Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Semasa menjadi Menkokesra Jusuf Kalla telah meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik Poso, Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku. Lewat pertemuan Malino I dan Malino II dan berhasil meredakan dan menyelesaian konflik di antara komunitas Kristen dan Muslim.
Kemudian tak hanya sampai disitu, karir politik Jusuf Kalla terus berkibar yang kemudian pada tahun 2005 Jusuf Kalla mendamping SBY maju dalam Pilpres pertama kali melalui proses demokrasi dan pasangan SBY Jusuf Kalla, memenangkan Pilpres 2005.
Sebagai Wapres Jusuf Kalla, kembali menunjukan kepiawaiannya dalam menyelesaikan masalah bangsa. Pengalamannya sebagai Menkokesra saat menyelesaikan konflik POSO, Jusuf Kalla kembali mencoba menyelesaikan masalah GAM da Upaya penyelesaian Aceh di dalami dan dilanjutkan penanganannya saat setelah dilantik menjadi Wakil Presiden RI. Akhirnya, kesepakatan perdamaian untuk NAD antara Pemerintah dan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berhasil ditandatangani di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005*. (*sumber biografi tokoh dunia online)
Tak hanya sampai disitu, dikegiatan keagamaan, sosiali Wapres JK ini terus aktif sehingga pada tahun 2010 Jusuf Kalla kembali berkompetisi menjadi salah Capres RI berpasangan dengan Wiranto meski karir politiknya harus terhenti kalah dengan pasangan SBY –Boediono.
Walau tidak menjadi apa-apa lagi di jajaran pemerintahan Indonesia, bukan berarti Jusuf Kalla tidak dipakai oleh bangsa Indonesia bahkan Jusuf Kalla mengabdikan dirinya untuk bangsa Indonesia sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI). Dibawah kepemimpinannya PMI yang dulu dipandang sebelah mata, menjadi organisasi social yang besar bahkan lebih aktif ketika ada bencana daerah yang melanda Indonesia.
Saat ini, Jusuf Kalla juga diminta oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu capres namun langkahnya terhenti karena tidak memiliki partai yang akhirnya diminta untuk berpasangan dengan Jokowi dan bagi Jusuf Kalla.
Menjadi Cawapres Jokowi bagi Jusuf Kalla merupakan sebuah kehormatan, dan dirinya tidak mementingkan status sebagai capres atau cawapres akan tetapi yang ada dibenak Jusuf Kalla bagaimana bisa menjadi orang yang berguna untuk Bangsa Indonesia dan mengabdikan diri untuk Indonesia. Hal itulah yang selalu ada dibenak oleh Jusuf Kalla, sehingga masalah status tak pernah menjadi sebuah persoalan.
Akhirnya penulis katakan, Selamat kepada pasangan Jokowi JK yang telah berhasil memenangkan Pilpres 2014-2019 semoga bisa menjadikan Indonesia menjadi Indonesia Hebat sesuai dengan slogan dari pasangan Jokowi JK. Salam (****) 
disadur dari Kompasiana.
http://sosok.kompasiana.com/2014/07/23/anak-penjual-kayu-dan-penjual-kain-jokowi-jk-terlahir-untuk-indonesia-669898.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARINGAN MAKRUS SEBAGAI PENGGANTI PESTISIDA DI BUDIDAYA UDANG

CERITA SINGKAT KAMI DI FECAMP PRANCIS