PEMIMPIN MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB. BOSS MELEMPAR TANGGUNG JAWAB
PEMIMPIN MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB.
BOSS MELEMPAR TANGGUNG JAWAB
Bagaimana
seseorang dalam menghadapi pertanggung-jawaban, akan memberikan
batasan yang jelas antara seorang pemimpin dengan seorang
bos. Walau keduanya memahami, semakin tinggi posisi dan kewenangan
yang dimiliki seseorang dalam suatu organisasi, semakin besar
pula tanggung-jawab yang harus dipikulnya, narnun terdapat
perbedaan yang nyata bagaimana seorang pemimpin menerima tanggung-jawab
dan seorang bos menghindarinya. Pat Heim dan Elwood Chapman,
bahkan menjadikan karakteristik pemimpin ialah orang yang
senang mengambil tanggung-jawab yang lebih besar, berani mengambil
resiko yang lebih besar dan berani pula mempertanggung-jawabkannya.
Hal ini, menurut mereka dalam bukunya Learning to Lead, membedakan
kualitas seseorang menjadi seorang pemimpin, diatas peran
seorang manajer.
Hal
ini mudah difahami, mengapa seorang pemimpin cenderung mengambil
tanggung-jawab, terutama bila ia telah memiliki visi, sebuah
gambaran cita-cita yang akan ditujunya. Visi, inilah yang
akan menggerakkan seorang pemimpin untuk mengambil peran yang
lebih besar, sekaligus tanggung-jawab yang leblh besar pula.
Visi tidak mungkin tercapai bila organisasi, lembaga atau
perusahaan yang dipimpinnya tidak bergerak maju. Pergerakan
ini, menuntut mobilitas, membutuhkan sumberdaya yang lebih
besar untuk membuka peluang yang besar. Sekaligus, mendatangkan
tantangan yang besar, dan resiko yang lebih tinggi. Seorang
pemimpin, akan mengambil tanggung-jawab itu.
Seorang
pemimpin cenderung mengambil tanggung-jawab lebih besar, sekaligus
resiko lebih besar, karena ia "harus" mewujudkan
visinya. Dengan visinya, akan memobilisasi pengikutnya untuk
mewujudkan visinya. Ia akan kerahkan seluruh kemampuannya
untuk semua itu, mengorganisasikan sumberdaya yang dimilikinya,
untuk merealisasikan visinya. Karenanya pula, seorang pemimpin
yang memiliki visi tidak akan pemah merasa khawatir atas berbagai
"kegagalan" yang dialami, selama ia melihat hal
itu sebagai proses pembelajaran untuk menuju terwujudnya visi.
Secara keseluruhan, ia melihat kegagalan--kekalahan sebagai
fluktuasi dan sebuah grafik dengan kecenderungan yang terus
mendekat pada tujuannya. Karena itu, seorang pemimpin tidak
pernah takut untuk memikul tanggung jawab atas sebuah kegagalan,
apalagi lari meninggalkannya.
Keberanian
seorang pemimpin mengambil resiko, tentu saja bukan tanpa
perhitungan. Secara formal, level seorang pemimpin dalam sebuah
organisasi berada diatas seorang manejer. Karenanya, seorang
pemimpin setidaknya memahami aspek manajerial, seperti perencanaan,
pengorganisasian, maupun pengawasan dan pengendalian sebuah
organisasi dan kegiatannya. Tanpa kemampuan manajerial yang
baik, seorang pemimpin yang memiliki visi harus didukung manajer
yang mumpuni, sehingga dalam upaya mewujudkan visinya ia bergerak
secara sistematis, terencana dan penuh perhitungan.
Hal
ini, bertolak belakang dengan seorang Bos. Bos menduduki posisi
tinggi, semata-mata karena formalitas yang mungkin dicapainya
dengan sesuatu yang diluar kemampuan (kompetensinya). la berupaya
mempertahankan kedudukan, "previlese" dan
keistimewaannya, karena itu ia tidak menyukai perubahan. Ia
akan berupaya mempertahankan keadaan yang telah ada. Ia tidak
mebutuhkan manejer yang akan mendukungnya, karena Ia melihat
mereka justru sebagai ancaman yang potensial bagi kedudukannya
Sikap
inilah yanq menyebabkan seorang bos, tidak menyukai tanggung-jawab
kegagalan, apalagi bila hal itu berarti mempertanggung-jawabkan
kegagalan, resiko atau suatu permasalahan. Pertanggung-jawaban
berarti kelemahan bagi karirnya, hilangnya keistimewaan, terancamnya
kehormatan, Karena itulah ia tidak menyukai perubahan walau
itu berarti kemajuan bagi organisasinya. Ia berupaya mempertahan
status qua.
Seorang
bos tidak memiliki visi, ia hanya menjalankan apa yang telah
direncanakan dan disepakati organisasi. Rencana kerja disusun
oleh para manager dan stafnya. la akan membiarkan semua itu
berjalan. Bila berjalan baik, ia akan dapat tampil sebaik
yang dinginkannya. Bila berjalan tersendat, macet ataupun
gagal, dengan mudah ia melemparkan tanggung-jawab kepada bawahannya.
Bos melemparkan beban ke bawah, dan ia tidak menyukai tanggung-jawab,
karena itu Ia menghindarinya...
Komentar
Posting Komentar